Puisi: Aku, kau dan penaku

Pikiran hening untuk secangkir teh
pagi hari tanpa bisingan mesin kota
yang bergegas melawan waktu
hanya suara bunga di taman asmara
di situ aku terduduk, lagi hening.

Satu baris terselesaikan untuk warna kerinduan ini
saksi abadi cinta kita,di saat mata, dan telinga sejenak untuk berbaring saat lelahnya.
sungguh hati mampu menerima, apa yang tersirat

Cinta tak bagai cairan pena yang bermasa
tak ada habis kutuliskan, jikapun habis, darahku melanjutkannya
menulis rasa yang terdalam akan ruang cinta untuk kita berdua
sampai akhir hayat pena ini akan menulis namamu,
Di hatiku.. ..

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Puisi: Aku, kau dan penaku"

Posting Komentar